Welcome To Another Story !

This Blog is Indonesian only ! Sorry~

Yak, mungkin ada beberapa orang yang telah melihat blog ini sudah tau siapa pembuatnya dan siapa Author-nya. Yap, Hana Hakurou desu, The King of Wolves. Belum tau aku ? Kalau begitu, Kesini Dulu Ya~ ^^. Disini adalah tempat pelampiasan imajinasiku dan dibentuk menjadi FF (Fan Fiction). FF bisa bermacam-macam, ada FMA, Black Cat, Persona, dll. Aku harap kamu yang membaca FF ini bisa menikmatinya ! Bila ingin komentar atau ingin kasih kritik, tinggal ngomong ke SM (Shout Mix) yak ! Arigatou~

~ Hakurou

Jumat, 02 Oktober 2009

Allience Of Persona User (AOPU) ~Hakurou's Version~ Chapter 4

~ Chapter 4 ~

The Test of Persona Users

Masih didalam ruangan yang disertai dengan api kecil dan sunyi.

Sampai manakah kita tadi? …Oh ya, sebutan nama ‘Black Elemental Slayer’. Memang siapakah ‘Black Elemental Slayer’ ini? Yang disebutkan secara bersamaan oleh Hana Hakurou dan Al Hasegawa. Apakah ini maksudnya, mereka merupakan ‘Black Elemental Slayer’? Mari kita dengar percakapan mereka lagi.

“Yaitu melawan kami, The Black Elemental Slayer.” Hana dan Al mengucap secara bersamaan kalimat tersebut. Tiba-tiba, Shinryu, Karin, Yurrei dan Miroku terkaget bukan main. Entah mengapa, sebutan itu mengejutkan mereka. “Kalian yakin!? Ini justru lebih parah dari tahun lalu!!” bantah Miroku kepada Hana dan Al. “Tenang, kami hanya menggunakan seperempat dari tenaga kami saja, tidak mungkin kami akan menggunakan tenaga penuh. Kalau kami menggunakan tenaga penuh, itu tidak akan terjadi.” Hana menjelaskan dengan santai, yang tangan kanannya masih diposisi depan dadanya mengangkat api kecil yang telah dibuat sebelumnya.

“Walaupun seperempat saja, itu masih keterlaluan! Yang akan mengikuti ujian ini akan—“ ucapan Shinryu terpotong tiba-tiba. “Hei, tenang dulu, Shinryu-san. Kami tidak akan menggunakan nama ‘Slayer’ kami. Nama tersebut hanya digunakan pada saat kami betul-betul serius. Tetapi bukan sekarang.” Al memotong ucapan Shinryu dan menjelaskan. “Bila kami mengeluarkan lebih banyak ‘mereka’, itu justru yang lebih parah. Lagipula, aku yakin, ‘Persona-User’ yang sekarang lebih kuat daripada tahun lalu. Bahkan, ada yang sadis juga, atau bahkan sadisnya melebihi kami.” Hana menambahkan penjelasan. Sekarang, ‘Persona-User’ kita dengar. Persona-User? Apa itu? Semakin kita mendengar percakapan, semakin banyak pertanyaan. “Itulah sebabnya, kami, The Black Elemental Slayer, merupakan ujian tahun ini.” ujar Al sambil mengeluarkan tangan kirinya dari sakunya, dan ternyata dia juga memakai sarung tangan yang sama persis seperti yang Hana pakai.

Tiba-tiba, bongkahan batu berwarna biru muncul dari tangan kiri Al yang diangkat, dan bersinar, mengeluarkan cahaya berwarna biru. Itu es. Al Hasegawa telah membuat sebongkah es dari tangan kirinya dengan mudahnya. Sebenarnya siapakah dia? Dan Hana Hakurou ini juga membuat kita penasaran. Dia juga bisa membuat api kecil dari tangan kanannya tanpa kesulitan. Siapa sebenarnya mereka? Seperti penyihir saja.

Shinryu pun menghembuskan angin kecil dari mulutnya, “Baiklah, lakukan pemberian ujian kalian. Lakukan tugas kalian, dan tanggung jawab atas pemberian ujian ini.” Shinryu memberi perintah kepada Hana dan Al. “Ok, tidak masalah bagi kami.” jawab Hana dengan santainya. “Hm, mereka sudah datang, Han.” ucap Al, memberi informasi kepada Hana. “Mulai sekarang, kami semua akan mengawasi kalian.” Shinryu menengokkan kepalanya kearah Hana dan Al sebelum pergi. “Semoga beruntung, kalian berdua. Jangan sampai ada yang terluka, ya?” ucap Karin kepada mereka yang berpakaian serba hitam. “Haha, kami tidak pandai melepaskan orang yang tanpa terluka. Tapi, ya, akan kami usahakan.” jawab Hana dengan suara datar. “Baiklah, kami tunggu hasilnya dari kalian.” Yurrei menganggukan kepala dan berbicara kepada Hana dan Al. Dengan kompaknya, mereka berdua mengangguk bersama, dan mereka menuju ke pintu batu yang sebelumnya kita lihat.

Hana Hakurou dan Al Hasegawa pun keluar dari ruangan untuk memberikan ‘ujian’. Entah apa yang disebut ujian ini, masih tidak jelas. Mereka berjalan keluar dari bawah tanah, api dan es yang mereka buat telah menghilang. Sejak kapan api dan es mereka buat menghilang? Ah, lupakan soal itu. Sekarang, kita akan melihat apa kegiatan mereka, yang dijuluki dengan nama ‘Black Elemental Slayer’ ini.

Malam. Disertai dengan hiasan bintang-bintang kecil, dan bulan purnama yang ikut menghiasi langit malam ini. Kelihatan jelas sekali bulan purnama yang kita lihat sekarang. Begitu bulat dan bercahaya.

Di suatu taman, yang kita kunjungi sebelumnya, tempat dimana Hana Hakurou dan Al Hasegawa kita temui sebelumnya juga. Disana, terkumpul banyak orang remaja, dan membawa senjata mereka masing-masing. Memang, untuk apa senjata-senjata yang mereka bawa? Apakah ada perang disini? Kita lihat dulu.

Hana dan Al menghampiri mereka dengan bertampang sombong. Ada beberapa anak yang sampai mengira, mereka adalah laki-laki karena melihat dari berpakaiannya. Memang, Hana dan Al berpakaian begitu rapih, berwarna serba hitam, tetapi style tersebut layak dipakai seorang lelaki. Dan juga, tampang mereka. Hana Hakurou dan Al Hasegawa ini masih orang misterius. Kita belum mengenalnya lebih dalam.

“Kurasa, dari kalian semua, sudah membawa senjata kalian masing-masing kan, untuk ujian kali ini?” Hana mulai berbicara. “Kali ini, ujian kalian adalah, melawan beberapa monster. Bila kalian sudah melawan monster tersebut dan menang dari mereka, keesokan harinya, kalian akan melawan kami berdua. Waktu kalian akan melawan kami pada esok hari adalah, pagi hari jam 5.” Al menjelaskan tentang ujian yang mereka berikan. Sebentar, monster? Di dunia ini ada monster? Tambah pertanyaan. “Tetapi, bila kalian gagal melawan monster-monster yang kalian hadapi, atau gagal melawan kami, atau tidak melawan kami pada tepat waktu… Otomatis, kalian tidak lulus.” Hana menambahkan. “Kalian melawan monster-monster disini masing-masing, tetapi kalian juga boleh berpasangan, tetapi 2 orang saja. Dan bila kalian melawan kami, kalian bisa bekerja sama. Karena lawan kalian esok hari; bila kalian lulus ujian pertama, hanya kami berdua saja.” Al menjelaskan lagi.

“Ha? Bekerja sama? Heh, buat apa? Aku sendiri juga bisa mengalahkan mereka. Mungkin, monster yang kalian munculkan itu lemah-lemah, dan juga sedikit. Kalau begitu, ngapain aku harus bekerja sama dengan orang lain?” tantang seorang perempuan tomboy yang berambut putih pendek dan bermata merah, mempunyai coretan dibawah mata kirinya. Dia bernama Yomotsu Yumiko. “Aku yakin ujian ini sangat mudah. Jadi aku tidak perlu bekerja dengan orang-orang lemah ini.” ucapnya lagi dengan penuh kesombongan. “Hentikan, Yumiko! Mungkin ujian kali ini tidak akan mudah dari tahun lalu!” seorang lelaki berambut putih juga, memakai rompi putih dan berbaju hitam, dan memakai sarung tangan berwarna putih. Dan dia bernama Damme Alto Reverie, seperti nama orang barat. “Memang kau tau apa, Ame? Tidak usah menghayal berlebihan, aku yakin, mereka ini gampang kita kalahkan.” perkataan Yomotsu membuat Hana dan Al tersenyum sinis.

“Hm, sepertinya kamu belum tau kami ya, Yomostsu Yumiko, kalau aku tidak salah?” ucap Hana, dengan tersenyum sinis. “Kalian orang tidak penting, hanya memberikan ujian saja. Lagipula, mengapa kami harus melawa—“ Tiba-tiba angin menghembus kencang kearah Yomotsu. Dalam hitungan detik, kita melihat Yomotsu terangkat dengan tangan kanan seseorang. Betapa mengejutkan, yang mengangkat perempuan tomboy itu adalah Hana. Begitu cepat dia berlari kearah Yomotsu dan mengangkat dia dengan tangan kanannya, dan mengangkatnya dari bajunya. Tentu saja, semua remaja yang terkumpul disana terkaget bukan main melihat Yomotsu yang tiba-tiba terangkat oleh Hana. “Berani menantang kami, heh?” Hana melirikkan matanya keatas, melihat muka Yomotsu yang terangkat keatas dengan tangan kanan Hana, dan menatapnya dengan penuh kemarahan. “Baik. Kau sudah menyatakan tantangan dengan kami. Kita lihat saja besok, siapa yang lebih kuat. Bila kau kalah… Kita akan lihat hukumannya besok.” tantang Hana dengan penuh ancaman. Muka Yomotsu menyatakan tidak peduli sama sekali tentang tantangan itu. Lalu, Hana pun melepaskan genggamannya pada baju Yomotsu, dan Yomotsu pun terjatuh. Perempuan yang memakai bros merah itu membuang muka. “Ada lagi yang ingin menantang kami?” tanya Hana kepada remaja-remaja yang ada disekitarnya.

Seorang perempuan berambut hitam panjang, dan matanya kanan-kiri berbeda warna. Kiri biru, dan kanan merah. Dia ditemani oleh rubah putihnya. Dia bernama Rikku Shaolee, dan rubah putihnya bernama Yuka. Rikku menatap Hana dengan tatapan kosong. “Dia… kuat… hampir tidak ada satu pun anak disini melampaui kekuatannya. Dan juga orang itu…” Rikku mengalihkan pandangannya kepada Al yang melipat kedua tangannya didepan dadanya. “…Dia juga kuat. Kekuatannya hampir setara dengan orang tadi, tapi… Aku bisa merasakan hawa api dan es diantara mereka…” Rikku berpikir dalam hatinya, melihat kedua orang yang berpakaian seba hitam tersebut. Dia seperti menganalisa mereka berdua.

“Ujian sekarang… melawan monster ya?” tanya seorang perempuan berambut pendek, berkacamata dan berbaju biru. Dia sepertinya sudah kita lihat, tetapi orang ini memakai kacamata. Dia bernama Sakagami Rin. Dia seperti kembar dengan Sakagami Ren yang kita temui sebelumnya. Dan Ren, dia ada disebelah Rin yang kita lihat sekarang. Memang benar, mereka adalah kembar. “Kak, kali ini kita melawan monster bersama kah?” tanya Rin kepada saudara kembarnya. “Hmph, ujian kali ini akan mudah. Tetapi… Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan hal yang ceroboh seperti tahun kemarin.” jawab Ren dengan tampang sombong. “I-Iya… Baiklah.” balas Rin dengan tersenyum. Dia tidak peduli kalau kakaknya sombong.

“Baiklah! Mulai sekarang, kalian tunggu disini sampai tengah malam! Kami berdua akan mengawasi kalian disisi lain. Bila kalian menang dalam ujian ini, tunggulah besok, dan kalian akan melawan aku dan Al disini, tepat pada jam 5 pagi! Kalau ada yang terlambat, akan kuanggap gagal!” tegas Hana kepada remaja-remaja tersebut. “Baik!” jawab mereka dengan kompak. “Sekarang berpencarlah! Kalian boleh sendiri, atau dengan teman kalian, tapi hanya boleh berdua saja!” tambah Al yang masih melipat kedua tangannya. Dan mereka pun melaksanakan tugasnya masing-masing. Apa yang akan mereka tempuh dalam ujian ini? Kita akan melihatnya pada chapter berikutnya.

Allience Of Persona User (AOPU) ~Hakurou's Version~ Chapter 3

~ Chapter 3 ~

The Affiliation of Persona Users (Part 2)

Suatu tempat yang gelap, tetapi masih dihiasi dengan jingganya sinar Matahari.

Disini adalah tempat terbuka. Kosong, hanya beberapa tanaman dan bebatuan. Disertai dengan hembusannya angin, membantu suasana untuk menjadi sejuk. Tetapi disini adalah bawah tanah. Seperti… Ya, tempat rahasia lah. Kemungkinan mereka akan berkumpul disini semua.

Perjalanan ke-2 orang berpakaian seperti stranger, kita lihat sekarang. Mereka berjalan dengan gaya lelaki lakukan. Dengan tangan yang disembunyikan di saku celana mereka, bertampang layaknya orang sombong.

Hana Hakurou, yang mata kanannya tertutupi oleh rambutnya, dan kita bisa melihat, mata yang kirinya sangat hitam pekat. Entah kenapa, sepertinya dia sengaja menutupi mata kanannya dengan rambutnya. Dia pun masih memakai earphone-nya, masih menggantung di telinganya. Dan Al Hasegawa, berpenampilan sama sepeti Hana, tetapi dia memakai kacamata bening dan rambutnya pendek. Dia juga memakai earphone-nya.

“Kali ini, kita akan memberikan mereka ujian sekarang.” ucap Hana yang mukanya menetap, tidak mengubah ekspresinya. “Ya, aku tau. Tetapi, kau yakin ini yang akan kau berikan kepada mereka?” balas Al, yang masih bertampang sama. “Kenapa tidak kau membaca pikiranku? Bukankah kau bisa membaca pikiran orang?” kali ini, Hana berucap dengan tersenyum. “Haha, iya. Kau tau kan, aku ini selalu menyimpan rahasia.” jawab Al. “Sekarang, kita akan memberi mereka ujian dengan… ya, mungkin lebih serius dari tahun lalu.” Hana mengangkat bahunya. “Iya, aku mengerti mengapa kali ini lebih serius” Al menjawab dengan mata tertutup. “Hmph, kita lihat saja nanti…” Hana tersenyum sinis. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu. Tapi, kita belum tau apa rencana mereka.

Sekarang, kita melihat seorang lelaki dan seorang perempuan berjalan dengan bergandengan tangan. Sepertinya mereka menuju ke tempat yang sama. “Hm, sekarang siapa yang memberikan ujian?” Shinryu berbicara, bertanya kepada Karin. “He? Hm… Ah, mereka, kau tau?” Karin menjawab, tetapi merahasiakan nama ‘mereka’. “Oh, si ‘Black Elemental Slayer’ itu kah? Hm… Hah, aku yakin, mereka akan memberi ujian yang berat…” ucap Shinryu dengan nada mengeluh, dan sepertinya khawatir. Kita mendengar kata-kata, ‘Black Elemental Slayer’? Siapakah mereka? Hm... Coba kita dengar lebih jelas lagi sekarang.

“Tenanglah, mereka juga mempunyai sifat yang baik, tidak mungkin sampai segitunya.” ucap Karin, membela nama ‘Black Elemental Slayer’ tersebut. “Tetapi, tahun lalu ketika mereka memberi ujian, beberapa dari mereka yang menerima ujian dari mereka itu menyerah karena susahnya ujian tersebut…” Shinryu menghembuskan napas. “Hm, iya juga sih… Tetapi, mungkin kali ini akan berjalan dengan baik.” ujar Karin yakin. “Kuharap iya…” Shinryu hanya menutup mata dan menghela napas. Memang, siapakah ‘Black Elemental Slayer’ yang sebenarnya mereka bicarakan? Semakin banyak pertanyaan saja.

Pada di sisi Yurrei dan Miroku, perempuan berkacamata itu menarik tangan teman lelakinya. Ini ditarik, bukan digandeng. “O-Oi, bisakah kau berhenti menarik tanganku?” tanya Miroku yang kewalahan. “Tidak, karena kalau kau jalan biasa, aku itu lamban.” Yurrei mengajukan alasan. “B-Baiklah…” jawab Miroku dengan kepala tertunduk.

“Ngomong-ngomong, siapa yang akan memberikan ujian kali ini?” tanya Mikoru yang tangannya masih tertarik oleh Yurrei. “He? Yang memberikan ujian? Hm… kalau tidak salah, mereka yang berpakaian serba hitam itu kan?” jawab Yurrei. Tunggu, berpakaian serba hitam? Jangan-jangan, yang mereka omongkan adalah… . “Oh, mereka ya? Hm… Ya, kuharap orang yang menerima ujian dari mereka akan kuat…”. Perkataan mereka berdua sama seperti yang Shinryu dan Karin bicarakan. “Haha, iya, mereka kalau mengasih ujian tidak tanggung-tanggung.” ujar Yurrei setuju. Apakah percakapan mereka ini… Membicarakan orang yang sama seperti Shinryu dan Karin? Hm… Kalau begitu, mari kita balik ke tempat pertemuan tadi.

Kembali ke tempat ruangan bawah tanah. Didepan pintu masuk ruangan, 2 orang berdiri dengan tegaknya. Ya, mereka adalah Hana Hakurou dan Al Hasegawa. Pandangan mereka pudar, karena kita melihatnya dalam gelap, hanya sedikit hiasan cahaya jingga Matahari dari luar. Tampang mereka menetap. Ya, tatapan orang sombong.

Sunyi. Mereka tidak mengeluarkan sedikit suara. Beberapa detik kemudian, suara gesekan antara sepatu dan tanah terdengar dari kesunyian ini. Tiba-tiba, pandangan kita menjadi bergetar. Apa yang terjadi? …Oh, ternyata pintu yang didepan mereka terbuka perlahan. Pintunya… seperti batu. Ya namanya juga ruangan bawah tanah, seperti tempat rahasia.

Sebelum pintu terbuka sepenuhnya, datanglah seorang lelaki dan perempuan. Mereka adalah… Shinryu Yamatono dan Karin Ogata. Ternyata mereka juga ke tempat ini. Lalu, datanglah 2 orang lagi, perempuan dan laki-laki. Mereka adalah Yurrei Futabaki dan Miroku Hikage. Semua yang kita telah kenali terkumpul disini. Tetapi, keadaan masih sunyi. Tidak ada sambutan sama sekali. Hanya suara gesekan pintu yang terbuka menggeser.

Pintu telah terbuka luas. Tanpa mengucapkan apapun, mereka memasuki ruangan. Semuanya telah memasuki tempat rahasia itu, lalu pintu itu kembali. Ruangan menjadi berubah drastis. Gelap gulita. Tidak ada cahaya sama sekali. Tempat itu pun masih sunyi, tidak disertai dengan suara apapun.

Hana bereaksi, “Tch, aku lupa kalau ruangan ini gelap.” keluh Hana. Baik, kita ketahui bahwa perempuan tomboy yang bernama Hana ini tidak menyukai kegelapan. Dengan samar-samar, kita melihat, tangan kanan Hana terangkat. Kelihatan jelas sekali, karena dia memakai sarung tangan yang berwarna putih. Kita selama ini belum mengetahui bahwa dia mengenakan sarung tangan tersebut. Ya, disebabkan tangannya selalu disembunyikan di saku celananya.

Kita sekarang melihat, tangan Hana terangkat dan memposisikannya didepan dadanya. Perlahan-lahan, muncul cahaya jingga dari tangan tersebut. Lama-kelamaan, muncul api kecil bercahaya jingga terbentuk. Perempuan berpakaian serba hitam tersebut telah membuat api kecil dari tangannya. Mengejutkan. Siapa dia sebenarnya? Dia bisa membuat api dari tangannya dengan mudahnya, tanpa permulaan terlebih dahulu, bahkan tidak mengucapkan mantra sama sekali.

Berkat cahaya api yang telah dibuat Hana, ruangan menjadi lebih sedikit terang. “Baiklah, bisakah kita mulai pendiskusian ujiannya sekarang?” Shinryu mulai berkata. “Ok, kurasa tidak ada yang kurang.” balas Al sambil menengok kanan-kiri. Sekarang, kita akan mendengar pendiskusian mereka. Apa yang sebenarnya mereka diskusikan?

“Hana dan Al. Kalian sekarang yang mendapat giliran untuk memberikan ujian, kan? Apakah kalian sudah mempunyai rencana ujiannya?” tanya Shinryu kepada Hakurou dan Hasegawa. “Tentu saja. Kami sudah merencanakannya kemarin, dan membicarakannya tadi pagi. Tenang, ujian kami tidak begitu susah. Tapi, sedikit agak lebih serius lagi, agar tidak akan terulang lagi kejadian tahun lalu” jawab Hana dengan jelas. “Kalian tidak memunculkan ‘mereka’ lagi, kan?” balas Shinryu. Lagi-lagi, kata ‘mereka’ kita dengar. Banyak orang misterius disini.

“Tidak, kami tidak memunculkannya. Hm, tapi ya, mungkin sedikit lah dari mereka. Tapi, sebagai gantinya… Ujiannya adalah…” tiba-tiba perkataan Al terhenti. Lalu suara kompak terdengar, “Melawan kami, The Black Elemental Slayer”. Begitu mengejutkan ketika Hana dan Al dengan kompaknya mengeluarkan kalimat ‘Black Elemental Slayer’. Ternyata yang diomongkan Shinryu dan Karin tadi adalah mereka, Hana dan Al. Memang mereka mempunyai keistimewaan sehingga mereka berdua bisa mempunyai julukan tersebut? Hm, mungkin kita akan mengetahuinya lebih jelas lagi pada chapter berikutnya.

Allience Of Persona User (AOPU) ~Hakurou's Version~ Chapter 2

~ Chapter 2 ~

The Affiliation of Persona Users (Part 1)

Sore yang indah.

Matahari yang begitu cerahnya, sekarang terbenam ke arah barat dengan warna jingga-nya yang mengesankan mata. Burung-burung kembali ke rumah mereka masing-masing, dan tanaman pun menetap pada tempat mereka, menghiasi pemandangan. Angin berhembus mengucapkan selamat tinggal kepada sang Matahari. Udara disana membuat sejuk suasana.

“Apakah sudah waktunya?”. Kita kali ini mendengar dengan jelas percakapan 2 orang perempuan yang berpakaian serba hitam tersebut. Perempuan yang bernama Hana Hakurou itu memandang terbenamnya matahari dengan tangannya dimasukan ke saku celananya, dan memakai earphone yang masih menggantung di telinganya. Rambutnya menutupi mata kanannya. “Hm, kurasa sebentar lagi saja, Matahari belum sepenuhnya terbenam.” jawab perempuan satunya berkacamata yang bernama Al Hasegawa itu, dan pandangan kearah muka Hana dari samping.

“Kau tau kan kalau aku tidak suka gelap?” Hana tidak mengalihkan pandangannya, tetapi matanya menyipit geram. “Heh, sudahlah, lebih baik kita tidak usah menunggu disana. Kita bisa menunggu sebentar lagi disini.” ujar Al dengan menutup matanya dengan tersenyum sinis. Hana menengokkan kepalanya ke muka Al dengan tatapan marah, “Kau mencoba menakut-nakutiku lagi kah? Jangan coba itu lagi, atau tidak, akan ku nyalakan api untukmu sekarang juga” ucap Hana dengan perkataan mengancam. “Hahaha, baiklah baiklah, ya aku tau kalau kau tidak suka gelap, tetapi bukankah lebih baik kita menunggu dulu disini daripada menunggu di tempat itu?” jawab Al dengan tertawa kecil.

“Lebih cepat lebih baik”. Sepertinya Hana mengutip perkataan seseorang. Al menghembuskan angin kecil dari mulutnya, “…Baiklah, ayo kita kesana.” Al menjawab dengan nada mengeluh. “Bagus, ayo kalau begitu.” Hana segera berjalan dengan tampang suram. “…Dia masih berpikir kalau aku akan mengusili dia… *sigh* Dasar, dia terlalu takut pada gelap…” pikir Al dalam hatinya. Tunggu, apakah mungkin dia bisa membaca pikiran Hana? Hm, kita belum tahu jelas, tentunya.

Di sisi Shinryu dan Karin, pemandangannya sama, yaitu pemandangan Matahari terbenam. Mereka duduk di bangku panjang dan menonton pemandangan yang indah tersebut.

Shinryu mengangkat kepalanya, “Sepertinya sudah waktunya.” Shinryu berkata. “Hm? Ya mungkin begitu.” jawab Karin sambil melihat muka Shinryu dari samping yang terangkat keatas. “Baiklah, bisa kita kesana sekarang?” Shinryu mengalihkan pandangannya kepada muka Karin dan tersenyum. “Ah, baiklah” balas Karin disertai senyumnya yang penuh keramahan.

Mereka pun berdiri dari bangku tersebut dan berjalan meninggalkan tempat itu. Shinryu mengulurkan tangannya kepada Karin, lalu tangan Karin pun memegang tangan Shinryu. Berjalan dengan bergandeng tangan. Ya, kalian pasti sudah tau, bahwa ini seperti kencan. *Author dibantai*

Sisi lainnya, dimana Yurrei dan Miroku berada kita lihat sekarang. Pemandangan tetap sama. Yurrei menengokkan kepalanya kesamping, “Ah, sudah waktunya.” ujar Yurrei dengan mata menyipit. “Hm? Bukankah terlalu cepat? Pertemuannya kan nanti malam” jawab Miroku dengan alis yang terangkat. “Tetapi kita mendiskusikannya dahulu, baru kita akan memulainya setelah semuanya berkumpul.” balas Yurrei, mengalihkan pandangannya kepada Miroku. “Berdiskusi bersama ‘mereka’ dulu ya? *sigh* Baiklah kalau begitu, ayo kita kesana.” jawab Miroku, yang dipertengahan kalimatnya dia menghembuskan napas.

“Baik, ayo kita kesana, Miroku.” Yurrei menarik tangan Miroku dan meninggalkan tempat tersebut. “A-Ah, iya!” jawab Miroku yang tertarik tangannya. Lagi-lagi orang yang bergandengan tangan. Apakah ini situasi yang tepat untuk berkencan? Kurasa… tidak. Karena disini kita sedang serius, menggali informasi tentang siapa mereka sebenarnya.

*Author es we te* *Author ditendang*

Disini, waktu pertengahan sore dan malam.

Sebelum ke tempat dimana mereka berkumpul, seorang berambut hitam, bermata cokelat dan memakai baju panjang hitam-putih, dan rok yang sepanjang betisnya berdiri memandang langit yang jingga. Dia terdiam. Lalu dia menghembuskan napasnya.

…Aku tidak peduli… walaupun kau membenciku, aku masih tetap menganggap kau sebagai temanku. Seberapa kau membenciku juga. Tidak akan.

~ Even you hate me, I will never hate you ~

Kita telah mendengar isi hatinya. Siapa yang dipikirkannya? Entah. Perempuan itu kalau tidak salah bernama Ninomiya Suzu. Lalu perempuan itu pun menengok kebelakang, dia melihat kita. “…Sepertinya sudah waktunya… Baiklah, aku akan kesana sekarang.” Dia berjalan meninggalkan tempatnya. Apakah dia juga akan ikut pertemuan tersebut? Apakah emang benar kegiatan sekarang adalah pertemuan? Belum jelas juga.

Di sisi lainnya, seorang perempuan cantik berambut panjang dan berwarna cokelat muda, menggunakan baju berwarna ungu dan juga memakai rok pendek, tetapi dia memakai kaos kaki yang panjang. Dia tertunduk, tidak melihat indahnya Matahari. Entah kenapa perempuan ini tidak memandang Matahari yang sedang terbenam.

…Ini semua takdir… Aku sudah ditakdirkan mempunyai ‘kekuatan’ ini, tidak ada siapapun yang bisa membalikkan waktu… Masing-masing sudah mempunyai takdir tersendiri…”

~ No one can avoid the fate... Even it has many different paths, it all comes to the same end... ~

…Kita dengar isi hatinya, sepertinya perempuan ini menyukai kata ‘takdir’. Tunggu, kita juga mendengar kata-kata ‘kekuatan’. Kekuatan? Maksudnya apa? Apakah yang lain juga mempunyai ‘kekuatan’ itu? Hm, semakin banyak pertanyaan saja. Oh iya, nama perempuan itu adalah… Althea Razensky. Seperti nama orang barat. “…Aku akan kesana sekarang…” perempuan itu pun meninggalkan tempatnya dengan kepala yang tegak. Apakah dia juga mengikuti kegiatan tersebut? Mari kita lihat sisi lain.

Seorang perempuan berambut hitam panjang dan mempunyai mata yang merah, dan memakai baju seragam sekolah. Dia berkepala tegak, tidak menatap jingganya langit. Ya, mungkin bisa dikatakan, dia melihat langit dengan tatapan kosong.

Hpmh, suatu saat nanti juga, dunia ini akan terselubung kegelapan… Dan dunia akan dikuasai Neraka dan Surga. Dan tempat itu adalah tempatku. Hmhmhm…

~ Hell is my home and Heaven is my country the darknes will cover the world. ~

Surga dan Neraka? Apa maksudnya? Tentu kita tidak mengerti isi hati perempuan ini yang bernama Sakagami Ren. Dia mempunyai tatapan yang dingin. “Heh, sepertinya sudah waktunya.” ucap Ren dengan tampang cool-nya. Dia pun meninggalkan tempat tersebut, dan berjalan dengan gaya seperti lelaki.

Lalu, apa yang mereka semua lakukan sebenarnya? Mereka sepertinya menuju ke tempat yang sama. Mereka meninggalkan tempat mereka masing-masing pada waktu yang sama. Apakah mungkin mereka akan bertemu? Hm, mungkin kita akan mengetahuinya pada chapter yang akan datang. Kita akan ketahui disana apa yang sebenarnya mereka lakukan.

My Dear Wolfies~ XD

Wolf Link From Legend Of Zelda : Twilight Princess Photobucket Kiba From Wolf's Rain Photobucket Repede From Tales Of Vesperia Photobucket Amaterasu From Okami Photobucket